Fusi nuklir yang bebas radiasi mungkin saja dapat terjadi di masa
mendatang klaim sebuah tim ilmuwan internasional. Hal ini data
mengarahkan pada pengembangan produksi listrik yang bersih dan
mendukung.
Disamping banyaknya solusi terhadap krisis energi yang
sedang dikembangkan, fusi nuklir tetap menjadi tujuan utama sebagaimana
hal ini mempunyai potensi dalam menyediakan kuantitas lisatrik yang
bersih dan mendukung dalam jumlah besar. Tetapi energi nuklir akhir –
akhir ini membawa efek samping yang berbahaya bagi lingkungan dan
kesehatan. Guna fusi tersebut mendapatkan pengakuan secara luas, maka
harus mampu menghasilkan energi yang bebas radiasi namun kunci untuk
masalah ini sejauh ini masih sukar dipahami, jelas Heinrich Hora pada
University of New South Wales in Sydney, Australia.
Secara
konvensional, proses fusi menghasilkan deuterium dan tritium sebagai
bahan bakar. Bahan baker ini dimampatkan secara spheris – yang artinya
pemampatan muncul dari berbagai arah – dengan penyinaran sinar laser
hingga 1000 kali pada keadaan tingkat kepadatnya. Hal ini membakar bahan
bakar, dengan menghasilkan atom helium, energi dan beberapa neutron
yang menyebabkan radiasi. Fusi juga mungkin dilakukan dengan hidrogen
dan boron-11, serta hal ini dapat menghasilkan energi yang bersih dan
tidak perlu pelepasan neutron, jelas Hora. Tetapi bahan bakar ini
memerlukan jumlah energi yang sangat besar untuk memulainya dan hal ini
tetap tidak populer.
Tenaga fusi nuklir belum dapat dijinakkan
Sekarang
ini, sebuah tim yang dipimpin oleh Hora telah mengerjakan studi
komputasional guna mendemonstrasikan bahwa teknologi laser yang baru
memungkinkan memproduksi getaran energi yang pendek namun besar dapat
digunakan membakar bahan baker hidrogen/boron-11 dengan menggunakan
pembakaran samping. Getaran energi laser yang tinggi dapat digunakan
untuk menciptakan blok plasma yang menghasilkan berkas ion dengan
kepadatan yang tinggi, yang membakar bahan baklar tanpa perlu
dimampatkan, jelas Hora. Tanpa pemampatan, banyak sekali diperlukan
energi yang rendah dari pada yang sebelumnya dipikirkan sangat
diperlukan. ‘Hal ini sangat mengejutkan saat kita menggunakan
hidrogen-boron selain deuterium-tritium. Ini tidaklah 100 000 kali lebih
sulit, tetapi hanya sepuluh kali saja,’ kata Hora.
‘Hal ini
mempunyai potensi menjadi rute terbaik terhadap energi fusi,’ kata Steve
Haan, seorang ahli pada fusi nuklir pada Lawrence Livermore National
Laboratory in California. Bagaimanapun juga, dia juga menunjukkan bahwa
hal ini masih berpotensi pada bagian ini saja, ‘ada sejumlah pekerjaan
yang wajar untuk dikerjakan sebelum teknologi ini berfungsi.’
Hora
sependapat bahwa pekerjaan yang lebih lanjut sangat diperlukan guna
memahami sepenuhnya terhadap pendekatan radikal barunya. Hasil
pekerjaannya akan bergantung pada keberhasilan berlanjut pada optik
sinar laser, yang mentargetkan secara fisik dan tenaga konversi
teknologi, simpulnya.
Sumber :
http://www.chem-is-try.org
0 komentar