REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pihak Jepang membantu Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) mempersiapkan pusat koleksi mikroba
berstandar internasional di Cibinong Science Center, Bogor, Jawa Barat.
"Pada 2007, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memang sudah meluncurkan Indonesia Culture Collection (InaCC), saat itu proses koleksi (mikroba) berstandar internasional dimulai," kata Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI Siti Nuramaliati Prijono di Jakarta, Sabtu (19/7).
Menurut dia, LIPI telah lama mengoleksi mikroba, tetapi belum dikelola memenuhi standar internasional. Karenanya kerja sama dengan Jepang dilakukan untuk menyiapkan koleksi mikroba dengan standar internasional. "Jepang benar-benar membimbing kita untuk menyiapkan cara koleksi mikroba dengan standar internasional," ujar dia.
Ada persyaratan untuk memiliki koleksi mikroba dengan standar internasional, dan persyaratan itu, ia mengatakan harus dipenuhi dengan memberikan nama secara benar pada mikroba hingga menyimpan dengan cara benar. Penyimpanan secara benar akan membuat mikroba bertahan hidup lama, hingga 30 tahun.
"Umumnya peneliti tidak merawat koleksinya, (mikroba) ditidurkan, kalau ada yang memerlukan dan (mikroba) coba dibangunkan ternyata sudah mati. Kita coba rawat secara benar, sehingga saat ada yang membutuhkan, mikroba dapat digunakan," katanya.
Cara mengoleksi mikroba secara benar dengan standar internasional, menurut dia, juga menjadi syarat mendapat paten. Dengan mengoleksi secara benar dengan standar internasional peneliti bisa memperoleh royalti dari paten.
"Jadi sistemnya kita perbaiki, hingga nanti mikroba bahkan bisa dipesan melalui website. Informasi akan terbuka untuk umum, dan yang menyimpan mikroba dengan standar internasional akan dapat royalti," ujar dia.
Sebelumnya Kepala LIPI Lukman Hakim mengatakan dengan adanya pusat pembiakan mikroba (InaCC) ini nantinya akan dapat menyimpan bakteri yang berpotensi.
Saat riset yang dilakukan pada 2011, sudah terdaftar sebanyak 681 isolat bakteri yang terdiri dari 32 genera dan 259 isolat teridentifikasi dengtan baik sampai spesies level.
Saat ini tengah disusun pula buku pemutakhiran Indonesia Biodiversity Strategy and Action Plan (IBSAP) serta penentuan target nasional guna melindungi ekosistem di Indonesia sampai 2020. Dengan diketahuinya kekayaan dan potensi keanekaragaman hayati maka dapat ditentukan target nasional pengurangan laju kemerosotan kehati yang akan dimuat dalam IBSAP 2014--2020.
"Pada 2007, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memang sudah meluncurkan Indonesia Culture Collection (InaCC), saat itu proses koleksi (mikroba) berstandar internasional dimulai," kata Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI Siti Nuramaliati Prijono di Jakarta, Sabtu (19/7).
Menurut dia, LIPI telah lama mengoleksi mikroba, tetapi belum dikelola memenuhi standar internasional. Karenanya kerja sama dengan Jepang dilakukan untuk menyiapkan koleksi mikroba dengan standar internasional. "Jepang benar-benar membimbing kita untuk menyiapkan cara koleksi mikroba dengan standar internasional," ujar dia.
Ada persyaratan untuk memiliki koleksi mikroba dengan standar internasional, dan persyaratan itu, ia mengatakan harus dipenuhi dengan memberikan nama secara benar pada mikroba hingga menyimpan dengan cara benar. Penyimpanan secara benar akan membuat mikroba bertahan hidup lama, hingga 30 tahun.
"Umumnya peneliti tidak merawat koleksinya, (mikroba) ditidurkan, kalau ada yang memerlukan dan (mikroba) coba dibangunkan ternyata sudah mati. Kita coba rawat secara benar, sehingga saat ada yang membutuhkan, mikroba dapat digunakan," katanya.
Cara mengoleksi mikroba secara benar dengan standar internasional, menurut dia, juga menjadi syarat mendapat paten. Dengan mengoleksi secara benar dengan standar internasional peneliti bisa memperoleh royalti dari paten.
"Jadi sistemnya kita perbaiki, hingga nanti mikroba bahkan bisa dipesan melalui website. Informasi akan terbuka untuk umum, dan yang menyimpan mikroba dengan standar internasional akan dapat royalti," ujar dia.
Sebelumnya Kepala LIPI Lukman Hakim mengatakan dengan adanya pusat pembiakan mikroba (InaCC) ini nantinya akan dapat menyimpan bakteri yang berpotensi.
Saat riset yang dilakukan pada 2011, sudah terdaftar sebanyak 681 isolat bakteri yang terdiri dari 32 genera dan 259 isolat teridentifikasi dengtan baik sampai spesies level.
Saat ini tengah disusun pula buku pemutakhiran Indonesia Biodiversity Strategy and Action Plan (IBSAP) serta penentuan target nasional guna melindungi ekosistem di Indonesia sampai 2020. Dengan diketahuinya kekayaan dan potensi keanekaragaman hayati maka dapat ditentukan target nasional pengurangan laju kemerosotan kehati yang akan dimuat dalam IBSAP 2014--2020.
0 komentar